LEBIH BAIK AKU TAK TAU
Kehidupan
SMAku bisa dibilang adalah kehidupan yang biasa saja sepeti kehidupan anak SMA
pada umumnya, aku bangun pagi untuk pergi kesekolah lalu disekolah aku belajar
dan bermain dengan teman sekelasku, setelah semua selesai aku akan pulang
kerumah dan menunggu hari esok untuk melakukan aktifitas yang sama. Tapi ada
sesuatu yang membuat hari-hariku menjadi istimewa yaitu karena adanya seseorang
yang kukagumi di sekolahku, dia bernama Rama, dia seperti tokoh disebuah komik,
dia sangat misterius dan keren. Diam-diam aku mengagumi nya semenjak pertama
aku melihatnya.
Hari ini
kehidupanku dimulai dengan rutinitas yang sama, bangun tidur dan bersiap-siap
untuk sekolah. Aku biasa berangkat kesekolah menggunakan kendaraan umum yang
mudah ditemukan jika aku berdiam dipinggir jalan. Setelah aku sampai
disekolahku biasanya suasana yang selalu kurasakan adalah hembusan sejuk angin
pagi yang berhembus lembut disepanjang halaman yang kulewati untuk sampai ke
kelasku. Setiap pagi aku selalu datang 45 menit lebih awal karena aku dapat
menemukan sebuah ketenangan disekolah ini. Pada jam ini sekolah masih tampak
sepi karena murid yang lain belum datang. Alasan keduaku untuk datang lebih
awal karena seseorang yang selalu kutunggu didepan kelasku untuk melihatnya,
siapa lagi kalau bukan Rama. Dia selalu datang lebih pagi dari yang lain, jika
aku ingin melihatnya aku harus datang lebih pagi darinya. Saat ini aku sedang
duduk melamun di bangku keramik panjang yang dibuat khusus untuk tempat duduk,
disanalah biasanya aku menunggu nya datang. Pagi ini seperti nya dia sedikit
telat karena sudah sekitar sepuluh menit aku duduk disini tapi dia belum juga
menampakan wujudnya, setelah beberapa lama menunggu akhirnya aku melihat
potongan dirinya yang berkelebat diantara kerumunan murid-murid lain yang mulai
bergerombol datang memasuki halaman sekolah. Dengan gaya nya yang cuek dia
langsung menyalib murid-murid lain yang menghalangi jalan nya dan dengan kaki
nya yang panjang mendahuli mereka menyebrangi halaman sekolah. Aku masih
terpaku menatap setiap gerak-geriknya, hentah dia menyadari atau tidak tapi aku
sudah menunggu nya seperti ini selama lebih dari satu semester, aku telah
mengaguminya lebih dari 6 bulan, dialah yang membuat hari-hariku terasa sangat
istimewa.
24 minggu
sudah aku mengaguminya tapi tak satupun kata yang kuucap terarah padanya, aku
hanya mengagumi keindahan fisiknya dan tidak mengenalinya lebih dari itu,
akupun tidak berminat mengorek informasi tentangnya karena aku takut jika ada
sesuatu yang cacat pada dirinya yang membuat rasa kagumku memudar. Awalnya aku
memutuskan untuk memberi batas antara diriku, hatiku dan pikiranku tentangnya,
tapi lama kelamaan pertanyaan diotaku tentang dirinya semakin menunpuk dan
sudah tak terbendung lagi, aku ingin mengetahui tentang dirinya lebih jauh lagi
karena aku yakin perasaan yang kurasakan ini bukan hanya sekedar kagum, aku
yakin sesuatu yang ada dihatiku ini bisa tumbuh menjadi lebih dari yang
kubanyangkan.
Pulang
sekolah adalah waktu yang paling membuatku sedih karena waktuku bersamanya
sudah habis. Aku harus menunggu sampai esok hari jika ingin melihat nya lagi
dan itu membuatku merasa resah dimalam hari dan terlalu bersemangat dipagi
hari. Hari ini aku sengaja keluar melewati belakang sekolah untuk melihatnya
yang terakhir kalinya pada hari ini, biasanya dia akan ada disana untuk
mengambil motor yang digunakan nya untuk bersekolah. Perkiraanku ternyata
benar, dia sedang mengobrol dengan teman sekelasnya disamping motornya. Aku
berjalan perlahan melewati mereka dengan sudut mataku memperhatikan dirinya.
“Sampai
ketemu besok Rama” Ucapku dalam hati yang menggetarkan jantungku dan
memantulkan nya ke sipenerima pesan, karena dengan tiba-tiba dia menoleh
kearahku dan mata kami bertemu, aku langsung membuang pandanganku dan melangkah
lebih cepat karena jantungku seperti ingin keluar dari tempatnya. Kesempatan
yang sangat jarang kutemui karena sangat sulit hanya untuk menarik perhatian
nya. Aku bahagia sekali hari ini.
Disepanjang
perjalanan yang ku pikirkan hanyalah ekspresi wajahnya saat menatapku, itu
membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Aku melamun memikirkan nya
sehingga tanpa kusadari aku lengah saat menyebrang sehingga tidak memperhatikan
jika ada mobil dengan kencang datang ke arahku. Aku tidak ingat setelah nya
karena semua nya tiba-tiba menjadi gelap, tapi samar-samar seperti ku melihat
wajah Rama dekat sekali dengan wajahku masih dengan ekspresinya yang sama
seperti terakhir aku menatapnya.
Cahaya yang
menyilaukan memaksaku untuk membuka mata, yang kutau saat itu adalah aku sedang
dirumah sakit. Ku coba untuk bangun dan mendudukan tubuhku diranjang. Kulihat
sekeliling, mamah dan papah serta kakaku tertidur pulas disoffa yang tidak jauh
dari ranjangku.
“Hari apa
sekarang? Udah berapa lama aku disini?” Pertanyaan pertama yang muncul dalam
benaku. Kuarahkan lagi pandanganku pada ketiga keluargaku itu, ada rasa
bersalah yang mengiris hati karena telah membuat mereka semua khawatir atas
kecerobohanku ini, ingin rasa nya aku menangis dan meminta maaf pada mereka
tapi tak tega rasa nya membangunkan wajah kelelahan yang terpancar dari raut
muka mereka. Ku paksakan tubuhku untuk berdiri dan menghampiri mereka
setidaknya aku hanya ingin menyentuh mereka, kulangkahkan kakiku dan kuulurkan
tangan kananku ke wajah mamah yang aku yakin paling mengkhawatirkan ku. Tapi
tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi, tanganku tidak bisa sama sekali menggapai
nya, tanganku tembus ke belakang kepalanya. Aku berusaha tidak panic dan
tenang, aku coba lagi menyentuh wajah ayahku yag berada disebelahnya dan
hasilnya masih sama, tangaku tembus kebelakang, lalu kuhempaskan tubuhku ke
tubuh mereka, tubuhku malah terjatuh kelantai menembus tubuh mereka dan juga
soffa yang mereka tiduri. Kepanikanku tidak terbendung lagi, aku tidak tau
sebenarnya apa yang terjadi, kupalingkan wajahku ketempat dimana aku tertidur,
dan betapa kagetnya aku saat aku menemukan diriku sendiri terbaring kaku
diranjang itu.
“Aku
mati….” Kataku dalam hati. Air mataku mengalir dengan deras membasahi pipi dan
menetes dilantai rumah sakit namun tidak membuat nya basah. Jam 2 malam ini aku
melihat tubuhku sendiri terbaring kaku dengan perlengkapan medis, tabung
oksigen dan balutan perban dikepalaku. Aku coba untuk mendekat dan
memperhatikan tubuhku disana, kutatap mulai dari atas kepala sampai ke ujung
kakiku.
“Kasian
kamu Bunga.” Aku berbisik pada telingaku dan melanjutkan tangisanku disamping
tubuhku sendiri.
Dunia
ternyata tidak sekejam yang kubayangkan. Kemarin saat seorang dokter datang dan
memeriksa tubuhku ternyata aku hanya mengalami syok dan sedang koma, dan itu
artinya aku masih punya harapan untuk hidup kembali. Awalnya aku merasa sedih
jika tidak ada yang menyadari kehadiranku, tapi lama-kelamaan aku mulai
menyukai wujud baruku yang menjadi ruh ini, aku bisa pergi kemanapun yang
kusukai tanpa ada yang memperhatikan, itulah sebabnya aku datang kesekolahku
pagi-pagi buta seperti ini.
Masih
dengan menggunakan baju rumah sakit, aku berjalan mengelilingi bangunan
sekolahku yang cukup luas. Bahagia rasanya bisa kembali ke sekolah ini, karena
rasanya seperti 2 hari yang lalu adalah hari yang sangat panjang sehingga
seperti aku sudah meninggalkan sekolah ini lama sekali. Aku keluar masuk ke
setiap ruang kelas, melihat-lihat taman belakang sekolah, tempat dimana
biasanya aku dan teman-temanku menghabiskan waktu istirahat kami. Akhirnya
penjelajahan ku berhenti tepat didepan ruang kelasku sendiri, matahari sudah
cukup tinggi dan itu artinya sebentar lagi sekolah ini akan ramai. Aku
merindukan tempat ini, tempat dimana biasanya aku menunggunya datang,
melihatnya pertama kali disetiap harinya, aku merindukanmu Rama.
Aku hanya
terduduk ditempat itu, melihat teman-temanku bergantian datang melewati pagar
sekolah itu, memakai baju seragam mereka dan saling bercanda bersama teman nya
yang lain. Aku sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan waktuku yang paling
berharga disekolah ini, aku mulai merasa iri dengan meraka yang tersenyum
dengan tenang nya, tapi belum sempat air mataku jatuh dari kejauhan kulihat
bayangan Rama berjalan diantara kurumunan murid-murid yang lain, dia masih
dengan gaya jalan nya yang khas menyerobot jalan seseorang yang berada
didepanya karena memang dia berjalan dengan cepat, wajahnya tertunduk melihat
tiap langakah kakinya sendiri, semakin lama semakin dekat dengan tempat dimana
aku duduk, tapi tiba-tiba Rama berhenti, dia terdiam mematung ditempatnya, dia
menatap kearahku maksudku tepat kearah mataku.
“Rama bisa
ngeliat hantu” Cuma itu satu-satunya pikiran yang muncul dalam otaku saat itu
untuk kedua kalinya mata kita bertemu, beberapa detik kemudian dia memalingkan
wajahnya dan masuk ke dalam kelasnya yang berada disebelah kelasku. Aku sempat
kaget dengan apa yang baru saja terjadi, jika Rama benar-benar dapat melihatku
apa yang harus aku lakukan, tapi mungkin saja dia hanya kebetulan melihat
kearahku. Aku memutuskan untuk memastikan nya sendiri.
Jam
pelajaran pertama dimulai. Walaupun aku tau kalau tidak akan ada yang
memperhatikanku tapi tetap saja aku merasa canggung jika masuk ke kelas yang
bukan kelasku, tapi dengan menahan segala kecanggungan aku langsung berjalan
lurus ketempat dimana Rama berada. Aku berdiri disebelahnya dan mulai
memperhatikan nya.
“Rama” Aku
membisikan namanya ditelinganya, tapi tidak ada respon sama sekali darinya. Aku
mulai mengayunkan telapak tanganku didepan wajahnya dan masih tetap tidak ada
respon darinya. Kusimpulkan bahwa tadi Rama hanya kebetulan memandang kearah
dimana aku berada saat itu.
Aku tidak
pernah memandang wajahnya sedekat ini, dia ternyata lebih cakep kalau dilihat
dari dekat. Bulu matanya yang lebat dan lentik serta hidungnya yang mancung
ditambah noda hitam bekas jerawat diwajahnya masih membuatku berfikir bahwa dia
adalah cowok minterius yang keluar dari komik. Selama pelajaran aku hanya
memperhatikan gerak-geriknya, dia ternyata anak yang cukup pendiam dikelasnya
terutama saat guru sedang menerangkan, tapi dia juga bisa berubah usil jika dia
mulai bosan dengan pelajaran nya. Dia cukup punya banyak teman akrab yang
kebanyakan adalah perempuan. Cukup merasa kesel kalau dia udah mulai berbicara
dengan teman perempuan nya, tapi aku memang tidak bisa berbuat apa-apa karena
tubuhku akan tembus jika menyentuh mereka jadi untuk sekarang ini aku akan
memaklumi nya. Sepanjang istirahat dia hanya berdiam diri didalam kelas sambil
mendengarkan music lewat hp nya di pojokan kelas untuk menghindari suara ribut
selama waktu istirahat. Jam pelajaran berikutnya tidak berbeda dengan saat
pelajaran pertama, sehingga aku mulai bosan mengamatinya. Memang tidak ada yang
menyenangkan dari kehidupan sekolah anak remaja seperti kami ini, semua nya
selalu seperti itu setiap hari. Bahkan kehidupan remaja seorang Ramapun tidak
berbeda jauh dariku.
Tak terasa
bel pulang sekolah berbunyi, ini saat nya bagiku untuk kembali ke rumah sakit
untuk melihat keadaan tubuhku yang masih terbaring lemah disana. Aku hampir
akan kembali kerumah sakit jika tidak melihat Rama tiba-tiba melintas
dihadapanku dengan motor nya, seketika itu juga aku berfikir untuk mengikutinya
sampai kerumah, aku hanya ingin tau dimana rumahnya. Tak pernah sedikitpun
kubayangkan kalau aku bisa berboncengan dengannya seperti ini, walaupun dia
tida menyadari bahwa aku sedang berada dibelakang nya tapi aku merasa sangat
senang dan tidak akan pernah melupakan kejadian ini, aku dapat memeluknya dari
belakang tanpa dia sadari walaupun tentu saja aku tidak bisa memeluknya dengan
erat karena tubuhku pasti akan tertembus olehnya. Ternyata lokasi rumah Rama
cukup jauh dari sekolah, berjarak 30 menit jika menggunakan kendaraan. Setelah
memarkir motornya digarasi aku membuntutinya masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamu’alaikum…”
Rama berteriak sambil membuka pintu yang langsung dijawab oleh seseorang
didalam rumah ini.
“Rama udah
pulang..” Seorang wanita berumur 40 tahunan keluar dari sebuah ruangan dan
menghampiri Rama yang sedang melepas sepatunya, Rama bergegas mencium tangan
wanita itu dan dibalas oleh senyum kepadanya.
“Gimana
tadi sekolah nya?” Tanya wanita itu lagi.
“Biasa aja
Bibi, dateng, belajar, pulang” Jawab Rama singkat.
Aku sedikit bingung, Rama memanggil wanita tadi dengan
sebutan Bibi, apa dia itu adik dari orang tuanya, terus kemana Mamahnya? Belum
sempat aku berfikir Rama sudah langsung beranjak ke dalam kamarnya, akupun
masih membuntutinya sampai ke tempat itu. Jantungku berdetup sangat kencang,
ini pertama kalinya aku masuk kekamar cowo yang kusukai. Walaupun begitu aku
tetap merasa senang karena bisa mengetahui tempat dimana dia biasa menghabiskan
waktunya. Kamarnya tidak seberantakan penampilan nya, kamarnya cukup rapi dan
bersih untuk ukuran cowo SMA. Sebuah kesalahan besar karena aku memutuskan
untuk masuk kedalam kamarnya karena saat ini dia sedang mengganti bajunya, aku
hanya bisa berbalik menghadap tembok dengan jantungku yang masih belum berdetak
dengan normal. Tak berapa lama dia mulai berbaring di atas tempat tidurnya,
untuk beberapa menit dia hanya menatap langit-langit kamar nya yang berwarna
putih, dia seperti memikirkan sesuatu, lalu lama-kelamaan matanya terpejam.
“Rama, loe
punya kebiasaan yang sama kayak gua, langsung tidur abis pulang sekolah” Aku
mulai berbicara kepadanya. Aku menatap ekspresi wajahnya yang sangat polos saat
sedang tertidur, dia sangat manis.
“Hari ini
banyak hal yang baru gua tau tentang loe, gua masih pengen tau lebih banyak
lagi, jadi sampai ketemu besok Rama” Aku memutuskan untuk mengakhiri
penjelajahanku dihari ini dan kembali kerumah sakit. Sebelum aku pergi, aku
sempat berkeliling didalam rumah Rama dan menemukan sebuah pertanyaan baru
dalam otaku. Sebuah Foto keluarga, dan jumlah kamar dirumah ini menunjukan
kalau orang tua Rama tidak tinggal dirumah ini, lalu dimana orang tuanya dan
kenapa Rama tidak tinggal bersama kedua orang tua nya? lalu pertanyaan yang
dari dulu tersimpan dalam diotaku, kenapa dia pindah dari sekolahnya yang dulu?
Keesokan
harinya aku kembali lagi ke sekolahku dan masuk ke dalam kelasnya, seperti
biasa aku berdiri disamping nya memperhatikan gerak-geriknya. Tak terasa sudah
jam istirahat dan seperti biasa pula, dia pergi ke pojok kelas untuk
mendengarkan music dari hpnya. Aku hanya mengikutinya dan berdiri disampingnya.
Tiba-tiba teman sebangkunya menghampiri dan hampir menabraku, walaupun akan
menembus tapi aku sempat kaget dengan kehadiran nya yang tiba-tiba itu.
“Loe inget
kan anak kelas sebelah yang kemaren kecelakaan?” Tanya teman nya itu.
“Bunga? ia
gua inget, Kenapa?” Tanya Rama.
Mereka membicarakanku, aneh juga rasanya mendengar sendiri
pembicaraan tentang diriku, Rama juga menyebut namaku dengan lembut. Aku senang
Rama mengetahui namaku juga.
“Dia udah 3
hari koma, kasian. Padahal lumayan cantik” Kata teman nya yang membuat ku
sangat kaget.
“Anak aneh”
Umpatku padanya yang tentu saja tidak dia dengar.
“Gua suka
merhatiin dia dari jauh, dengar dia kecelakaan gua jadi pengen nengokin dia
dirumah sakit tapi gua malu kalau pergi sendiri” Lanjut teman nya itu dengan
sedikit berbisik agar ungkapan hatinya tidak terdengar siapapun.
Aku menoleh
dan melihat ekspresi diwajah Rama, tapi ekspresi itu cukup membuatku kecewa,
dia hanya memasang muka datar atas pembicaraan yang disampaikan oleh teman nya
itu.
“Males gua,
loe ajak Iqbal aja, dia kan kenal sama Bunga” Jawab Rama mengakhiri.
Akhirnya seseorang yang mengaku sering memperhatikan ku itu
meninggalkan Rama dengan wajah yang kecewa, aku juga kecewa dengan kata-kata
dingin nya, tadi aku sempat berharap dia akan mengunjungi tubuhku dirumah sakit
tapi ternyata aku memang bukan siapa-siapa untuk nya.
Setelah
menempel seharian disampingnya akhirnya aku kemabli lagi kesini, didalam
kamarnya. Setelah mengganti seragamnya dia berbaring diatas tempat tidurnya,
dia masih membuka matanya.
“Bunga…”
Aku terperenjat karena dia tiba-tiba memanggil namaku, aku hanya menatapnya
dengan jantung yang semakin berdenyut cepat.
“Kenapa loe
gak jawab?” Tanya Rama tiba-tiba, Aku kembali kaget dengan pertanyaan itu.
“Rama, loe
bisa denger…” Belum selesai aku berbicara tiba-tiba dia langsung berdiri dari
tempat tidrunya dan duduk dimeja belajar yang berada disebelah tempat tidurnya.
Dia mulai membuka Laptopnya dan mulai sibuk sibuk dengan nya. Aku hanya ingin
tau apa yang dia lakukan di depan laptopnya, awalnya dia hanya membuka
folder-folder music dan bermain game yang selalu ia ganti setiap menitnya,
sampai akhirnya ia membuka sebuah folder dengan namaku dibawahnya. Aku pikir
itu hanya folder yang berisi sesuatu
tentang bunga-bungaan, tapi ternyata itu memang folder dengan foto-fotoku sebagai
isinya. Aku tak dapat membendung rasa tidak percaya ini menemukan sebuah
kenyataan bahwa selama ini tidak hanya aku yang mengumpulkan foto-fotonya,
apakan diam-diam dia juga mengagumiku. Dia mulai melihat fotoku satu persatu,
foto-foto itu adalah foto yang kumasukan di Facebook maupun Instagram yang
kupunya, ternyata dia sering menyelinap kedalam situs pribadiku secara
diam-diam.
Tring….Tring…..HP
yang tergeletak disebelahnya berbunyi, dengan segera dia mengangkatnya.
“Halo mah”
Katanya memulai.
“Ini
mamahnya yang nelepon.” Kataku dalam hati.
“Iya mah
Rama udah dirumah sekarang………Iya mah Rama udah makan” Dia menjawab semua pertanyaan
ibunya dengan nada yang datar.
“Iya mah,
besok abis pulang sekolah Rama pulang ke Bandung” Katanya. Setelah itu Rama
menjawab semua pertanyaan dari mamahnya hanya dengan “Iya” saja. Setelah
menutup telepon nya, dia mematikan Laptopnya dan kembali keatas kasurnya untuk
tidur siang. Akupun memutuskan untuk kembali kerumah sakit. Disepanjang jalan
aku sempat berfikir bahwa aku harus ikut dengan nya ke Bandung, tapi bandung
sangat jauh dari sini. Lalu aku berfikir kembali karena aku sangat ingin
mengetahui kehidupan Rama yang sesungguhnya kuputuskan untuk mengikutinya
pulang besok.
Dengan hari
ini, artinya sudah 4 hari aku menjadi ruh yang memata-matai Rama seperti ini
dan artinya tubuhku sudah 4 hari terbaring kaku dirumah sakit. Aku sempat
berfikir cara untuk kembali lagi ke dalam tubuhku tapi aku tidak menemukan
caranya. Aku pernah mencoba berbaring diatas tubuhku tapi tetap saja tidak
bisa, tapi karena masih ada misi yang harus kupecahkan aku akan memikirkan cara
kembali ketubuhku nanti.
Setelah
menemaninya belajar di sekolah akhirnya aku duduk lagi dibelakang motornya
untuk pergi kerumah aslinya, mencari tau tentang keluarga yang sesungguhnya dan
menemukan jawaban yang selama ini kusimpan didalam otaku. Perjalanan ke Bandung
cukup memakan waktu lama jika mengendarai motor, sekitar 3-4 jam diperjalanan.
Kalau aku bukan ruh aku pasti sudah mengeluh karena duduk terlalu lama dijok
motor yang sempit ini. Setelah lama menikmati perjalanan ini akhirnya motor
kami memasuki semua perumahan besar, aku yakin rumah Rama sudah dekat, dan
benar saja Rama memelankan motornya dan berhenti disebuah rumah 2 lantai yang
cukup besar bewarna biru muda.
“Rama anak
orang kaya” Itu kesan yang pertama kali aku dapatkan saat melihat rumah ini.
Rama melangkah masuk ke dalam rumahnya, dia disambut oleh
seorang wanita sekitar berumur 40 an yang kuyakin adalah mamahnya yang dulu
sempat menelepon nya, dan juga seorang wanita yang tersenyum dengan ramah
melihat Rama, dia langsung berlari dan memeluk Rama dengan erat.
“Kak Rama,
Bunga kangen…” Wanita yang umurnya seperti tidak berbeda jauh dari Rama itu
sepertinya adalah adiknya. Dia memanggil dirinya dengan sebutan “Bunga”,
ternyata namaku sama dengan nama adiknya. Setelah selesai memberi salam, Rama
diajak duduk diruang tamu yang bahkan lebih besar dari kamar dirumah Bibinya.
Adik dan mamahnya juga ikut duduk disana.
“Gimana
sekolah disana?” Tanya mamahnya.
“Biasa aja
mah, kayak sekolah disini” Jawab Rama sambil meraih sebuah toples kueh yang ada
didekatnya.
“Kamu masih
sering pusing kalau gak make?” Tanya mamahnya lagi, ekspresinya berubah menjadi
khawatir.
“Aku udah
gak make lagi mah, aku udah sembuh” Jawaban Rama seperti terlalu dipaksakan
atau bisa dibilang dia terlalu ngotot menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
mamahnya. Aku yang berdiri tegak disebelah Rama masih tidak mengerti dengan apa
yang sedang mereka bicarakan.
“Mah kakak
udah gak make kayak gitu lagi, muka kakak juga udah gak pucet lagi, lagian bibi
juga gak pernah ngelaporin kalau kakak nakal atau gak nurut” Adik nya yang
bernama Bunga itu mulai membela kakak nya. Rama masih memasang tampang Bette
karena pertanyaan mamahnya.
“Lagian
jarang ada yang jualan obat-obatan kayak narkoba di tempatnya bibi” Kata
Adiknya mengakhiri.
Setelah itu
Rama langsung pergi kekamarnya masih dengan wajahnya yang Bette, aku masih
dengan rasa tida peracayaku mengikutinya dari belakang menuju kamarnya.
“Loe pernah
terlibat narkoba, mangkanya loe pindah ke SMA gua?” Aku langsung bertanya
kepada Rama sesaat setelah kami berada dikamarnya.
“Se-frustasi
apa sih loe bisa sampe kabur ke obat haram itu?” Aku mulai marah-marah padanya,
lebih tepatnya melontarkan kekecewaan karena dia tidak sesempurna yang aku
bayangkan. Rama masih terbaring ditempat tidurnya dan lagi-lagi menatap
langit-langit kamarnya.
“Berisik.”
Seakan dia mendengar semua ocehanku, tiba-tiba dia berteriak yang membuatku
kaget, tapi karena aku yakin dia sedang melampiaskan kemarahan pada mamahnya
tadi dan lagi dia tidak bisa mendengar dan melihatku, aku tidak bisa diam dan masih
ingin mengeluarkan semua rasa kekecewaan ini padanya.
“Waktu itu
hari pertama masuk sekolah setelah naik kekelas 2 SMA, dan dihari itu juga gua
pertama kali ngeliat loe. Awalnya setelah gua inget-inget loe emang keliatan
pucat dan gak bergairah keliatan lemes dan gak bersemangat, tapi untuk pertama
kali gua liat loe gua udah mulai suka sama loe karena gua pikir loe kayak cowo
yang keluar dari komik yang suka gua baca, mulai saat itu diem-diem gua jadi
pengagum loe. Hari terus berlalu dan lama kelamaan gua ngerasa perasaan yang gua
rasain ini bukan cuma sekedar rasa kagum, mungkin lebih dari itu tapi belum
sempet gua melakukan apapun, gua udah kecelakaan, gua koma dan ruh gua
berkeliaran kayak gini. Tapi itu yang membuat gua bisa mengenal loe lebih dalam
walaupun gua gak tau setelah gua sadar nanti apa gua masih bisa inget semua ini
atau ngak. Tau kalau dulu loe seperti itu membuka mata gua kalau ternyata gak
ada orang yang sempurna didunia ini dan gua ngerasa sekagum apapun gua sama loe
tapi hati gua gak bisa menolelir seorang bekas pemakai narkoba. Gua kecewa
mengetahui kenyataan ini” Kataku mengakhiri dan Rama sudah tertidur pulas
dikasurnya.
Malam
harinya Rama pamit ke mamahnya untuk berkunjung kerumah temanya, aku
mengikutinya lagi sampai kerumah teman nya yang ternyata masih satu komplek
dengan nya. Teman nya itu mengambutnya dengan bahagia melihat Rama datang
kerumahnya dan langsung mengajaknya ke kamar, karena aku sudah terbiasa keluar
masuk ke kamar Rama, aku tidak sungkan-sungkan untuk masuk ke kamar teman nya
juga.
“Loe kapan
pulang, kenapa gak ngomong dulu sama gua?” Tanya teman nya yang memilih untuk
duduk di kursi belajarnya.
“Sorry gua
juga ngedadak di telepon sama nyokap gua” Jawab Rama yang duduk di kasur milik
teman nya itu.
“Bentar
lagi naik kelas tiga loe yah, kalau loe gak make pasti loe bentar lagi lulus”
Kata teman nya tiba-tiba.
“Nyokap
juga ngomelin gua kayak gitu pas gua dateng, males gua.” Kata Rama.
“Tapi
keluarga nya Tya udah gak pernah hubungin loe lagi semenjak kejadian itu?”
Tanya teman nya yang dijawab dengan gelengan singkat dari Rama.
“Bokap udah
ganti rugi ke keluarganya Tya tentang gua yang hampir ngebunuh dia dan janin
nya. Loe tau kan gua waktu itu kaget banget pas tiba-tiba Tya dateng
malem-malem kerumah gua dan bilang kalau dia lagi ngandung anak gua, yah
akhirnya malem itu juga gua suruh dia gugurin kandungan nya dan gua bawa dia ke
bidan, gua gak tau akhirnya dia kehabisan darah dan sampai hampir mati
gara-gara itu. Tapi untunglah akhirnya bayinya gugur.”
Penjelasan
panjang lebar dari Rama membuatku tidak dapat mengatakan apa-apa lagi sekarang,
aku tidak bisa berfikir apapun tentang sesuatu yang baik lagi tentangnya,
ternyata dia manusia terburuk yang pernah aku temui dimuka bumi ini, lelaki
bejat yang harusnya udah dipenjara karena kelakuan nya.
“Tapi loe
stress berat karena kejadian itu sampai-sampai hampir diusir sama bokap loe
kan. Akhirnya loe lari ke narkoba dan di keluarin dari sekolah” Lanjut Teman
nya itu.
“Gua gak
tau akhirnya akan serumit ini. Abis gua dikeluarin dari sekolah, gua diasingkan
ke rumah bibi gua yang di pelosok, bahkan gua mau ke mini market aja harus
jalan jauh banget, ditambah sekolah baru gua yang sempit, kotor dan anak-anak
nya juga kampungan semua.” Kata Rama.
Mendengar
lelaki bejat ini menjelek-jelekan sekolahku, aku langsung mengepalkan kedua
telapak tanganku dan bersiap-siap untuk menonjok mulutnya, tapi aku langsung mengurungkan
niatku karena aku tidak akan bisa melakukan nya.
Setelah
percakapan itu mereka berdua langsung terdiam, terhanyut dalam pikiran
masing-masing. Kekecewaan demi kekecewaan dalam diriku semakin bertambah dan
bertambah, ternyata keputusanku untuk tidak menyenalnya lebih jauh saat pertama
aku mengenalnya itu benar, jika mengetahui ternyata masa lalunya sekelam itu.
“Oia,
kemaren temen satu sekolah gua kecelakaan gara-gara gua.” Kata Rama tiba-tiba.
Aku kembali tersadar dari lamunanku dan mulai serius mendengarkan kelanjutan
kisah hidupnya.
“Waktu itu
gua lagi pulang sekolah, gua mau mendahului mobil yang ada didepan gua,
ternyata dari arah berlawanan ada mobil lain yang lagi kencen, mungkin karena
sopirnya kaget mobil itu banting stear buat ngehindarin gua dan gak sengaja
nabrak dia yang lagi nyebrang” Ekspresi wajah Rama berubah menjadi sedih.
“Terus cewe
itu gimana sekarang?” Tanya Teman nya.
“Dia masih
koma dirumah sakit.” Rama terdiam sesaat, lalu dia melanjutkan lagi ceritanya ”Pas
dia ketabrak gua ngeliat dia berlumuran darah, karena gua ngerasa bersalah
akhirnya gua bantuin ngangkat dia kedalam mobil, tapi antara gua sadar atau itu
cuma perasaan gua doank, dia masih sempet senyum sama gua sebelum akhirnya dia
pingsan” Kata Rama.
“Loe emang
selalu buat masalah dalam hidup loe” Kata teman nya yang makin membuat Rama
sedih.
“Semenjak
kecelakaan itu gua mulai merasa bersalah kedia, gua ngerasa setiap apa yang gua
lakukan itu diperhatiin sama dia, gua ngerasa kemanapun gua pergi disitu ada
dia. Hidup gua kayak dihantui” Lanjut Rama.
“Horror
banget cerita loe” Kata teman nya.
“Tanpa gua
sadar akhirnya gua mulai nyari semua tentang cewe itu, gua mulai buka-buka
Facebook sama twitter dia, gua download foto-foto dia, dan dari situ gua tau
kalau ternyata nama dia sama kayak nama adik gua.” kata Rama mengakhiri.
“Bunga,
nama cewe yang kecelakaan karena loe itu Bunga?” Tanya teman nya lagi.
“Iya. Gua
mulai ngebayangin gimana kalau kejadian itu beneran terjadi sama adik gua, dan
mulai ngerembet ke masalah Tya, gimana kalau adik gua tiba-tiba hamil dan cowo
nya gak mau bertanggung jawab. Gua mulai sadar semenjak kejadian itu ternyata
gua laki-laki yang gak ada gunanya. Bokap gua aja udah gak nganggep gua anak
nya lagi” Kata Rama.
Aku hanya terdiam setelah mendengar cerita nya tentang
diriku. Aku merasa simpati padanya sehingga tanpa kusadari cerita inilah yang
mengakhiri semua kemarahan dan keecewaanku padanya.
Setelah itu
aku dan Rama kembali kerumah, sesampainya dirumah dia langsung masuk ke dalam
kamarnya. Aku memutuskan untuk berhenti mengikutinya dan berdiam didepan
rumahnya. Alasanku untuk mengikutinya selama ini sudah terjawab, awalnya aku
tidak percaya tapi akhirnya aku dapat menerima nya. Setidaknya karena diriku
dapat membuatnya berfikir untuk berubah. Mungkin Rama bukan pria sesempurna
yang kupikirkan saat pertama kali aku mengenalnya, tapi setidaknya dia punya
pilihan untuk hidupnya dimasa depan. Aku merasa sangat bahagia mengetahui kisah
hidupnya, sekarang aku merasa tenang dan tidak ada lagi yang harus aku lalukan.
Untuk pertama kalinya selama lima hari ini aku merasa sangat ngantuk dan tanpa sadar
aku jatuh tertidur, meninggalkan semua kenangan tentang yang kualami selama
beberapa hari ini.
Cahaya yang
menyilaukan memaksaku untuk membuka mata, kepalaku terasa sangat pusing sesaat
dan kembali normal setelah mataku terbuka sempurna. Suara yang tadinya hanya
samar-samar kini terdengar sangat jelas, aku melihat kesekeliling kamar rumah
sakit ini, teman-teman sekolahku berkerumun melingkari ranjang.
“Bunga udah
sadar…” Teriak seseorang yang membuat kerumunan orang semakin bertambah banyak.
“Bunga…”
Suara mamahku yang lembut membuatku menoleh kesamping, kutemukan mamah
menitihan air mata dengan senyum diwajahnya mendapati anaknya akhirnya tersadar
setelah beberapa hari koma. Aku senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman
sekelasku, mereka sangat bahagia melihatku sadar kembali. Mereka semua
menceritakan yang terjadi disekolah selama aku disini. Aku merasa tidak pernah
sesehat ini sebelumnya, aku bahkan bisa tertawa bersama mereka sampai sesore
ini.
“Bunga…
seneng banget kamu bisa sadar” Kata sahabat baiku Gina.
“Iya, bosen
banget tau kalau gak ada Bunga… gak ada yang usil lagi” Kata temanku yang lain.
Aku hanya tersenyum menyambut candaan mereka.
“Iya, Bunga
cepetan sembuh mangkanya…. Biar bisa ngeliatin Rama lagi” Kata Gina menggodaku,
tapi aku malah merasa bingung dan setiap aku mendengar namanya ada getaran di
jantungku dan otaku mulai terasa sakit.
“Siapa
Rama…?”
TAMAT
Cr by: QonitaRevaryandika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar