Rabu, 24 Juli 2013

LEBIH BAIK AKU TAK TAU (End)

SINOPSIS : Bunga hanya anak SMA biasa yang menjalani kehidupan remajanya yang biasa saja, tapi dia mempunyai seseorang yang sangat dia kagumi karena kesempurnaan nya. sampai suatu hari Bunga mengalami kecelakaan dan koma sehingga ruh nya berpisah dengan tubuhnya. semenjak ini lah dia menjadi ruh stalker dan menemukan sesuatu yang aneh tentang masa lalu seseorang yang dia kagumi....         




                                                      LEBIH BAIK AKU TAK TAU


            Kehidupan SMAku bisa dibilang adalah kehidupan yang biasa saja sepeti kehidupan anak SMA pada umumnya, aku bangun pagi untuk pergi kesekolah lalu disekolah aku belajar dan bermain dengan teman sekelasku, setelah semua selesai aku akan pulang kerumah dan menunggu hari esok untuk melakukan aktifitas yang sama. Tapi ada sesuatu yang membuat hari-hariku menjadi istimewa yaitu karena adanya seseorang yang kukagumi di sekolahku, dia bernama Rama, dia seperti tokoh disebuah komik, dia sangat misterius dan keren. Diam-diam aku mengagumi nya semenjak pertama aku melihatnya.
            Hari ini kehidupanku dimulai dengan rutinitas yang sama, bangun tidur dan bersiap-siap untuk sekolah. Aku biasa berangkat kesekolah menggunakan kendaraan umum yang mudah ditemukan jika aku berdiam dipinggir jalan. Setelah aku sampai disekolahku biasanya suasana yang selalu kurasakan adalah hembusan sejuk angin pagi yang berhembus lembut disepanjang halaman yang kulewati untuk sampai ke kelasku. Setiap pagi aku selalu datang 45 menit lebih awal karena aku dapat menemukan sebuah ketenangan disekolah ini. Pada jam ini sekolah masih tampak sepi karena murid yang lain belum datang. Alasan keduaku untuk datang lebih awal karena seseorang yang selalu kutunggu didepan kelasku untuk melihatnya, siapa lagi kalau bukan Rama. Dia selalu datang lebih pagi dari yang lain, jika aku ingin melihatnya aku harus datang lebih pagi darinya. Saat ini aku sedang duduk melamun di bangku keramik panjang yang dibuat khusus untuk tempat duduk, disanalah biasanya aku menunggu nya datang. Pagi ini seperti nya dia sedikit telat karena sudah sekitar sepuluh menit aku duduk disini tapi dia belum juga menampakan wujudnya, setelah beberapa lama menunggu akhirnya aku melihat potongan dirinya yang berkelebat diantara kerumunan murid-murid lain yang mulai bergerombol datang memasuki halaman sekolah. Dengan gaya nya yang cuek dia langsung menyalib murid-murid lain yang menghalangi jalan nya dan dengan kaki nya yang panjang mendahuli mereka menyebrangi halaman sekolah. Aku masih terpaku menatap setiap gerak-geriknya, hentah dia menyadari atau tidak tapi aku sudah menunggu nya seperti ini selama lebih dari satu semester, aku telah mengaguminya lebih dari 6 bulan, dialah yang membuat hari-hariku terasa sangat istimewa.
            24 minggu sudah aku mengaguminya tapi tak satupun kata yang kuucap terarah padanya, aku hanya mengagumi keindahan fisiknya dan tidak mengenalinya lebih dari itu, akupun tidak berminat mengorek informasi tentangnya karena aku takut jika ada sesuatu yang cacat pada dirinya yang membuat rasa kagumku memudar. Awalnya aku memutuskan untuk memberi batas antara diriku, hatiku dan pikiranku tentangnya, tapi lama kelamaan pertanyaan diotaku tentang dirinya semakin menunpuk dan sudah tak terbendung lagi, aku ingin mengetahui tentang dirinya lebih jauh lagi karena aku yakin perasaan yang kurasakan ini bukan hanya sekedar kagum, aku yakin sesuatu yang ada dihatiku ini bisa tumbuh menjadi lebih dari yang kubanyangkan.
            Pulang sekolah adalah waktu yang paling membuatku sedih karena waktuku bersamanya sudah habis. Aku harus menunggu sampai esok hari jika ingin melihat nya lagi dan itu membuatku merasa resah dimalam hari dan terlalu bersemangat dipagi hari. Hari ini aku sengaja keluar melewati belakang sekolah untuk melihatnya yang terakhir kalinya pada hari ini, biasanya dia akan ada disana untuk mengambil motor yang digunakan nya untuk bersekolah. Perkiraanku ternyata benar, dia sedang mengobrol dengan teman sekelasnya disamping motornya. Aku berjalan perlahan melewati mereka dengan sudut mataku memperhatikan dirinya.
            “Sampai ketemu besok Rama” Ucapku dalam hati yang menggetarkan jantungku dan memantulkan nya ke sipenerima pesan, karena dengan tiba-tiba dia menoleh kearahku dan mata kami bertemu, aku langsung membuang pandanganku dan melangkah lebih cepat karena jantungku seperti ingin keluar dari tempatnya. Kesempatan yang sangat jarang kutemui karena sangat sulit hanya untuk menarik perhatian nya. Aku bahagia sekali hari ini.
            Disepanjang perjalanan yang ku pikirkan hanyalah ekspresi wajahnya saat menatapku, itu membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Aku melamun memikirkan nya sehingga tanpa kusadari aku lengah saat menyebrang sehingga tidak memperhatikan jika ada mobil dengan kencang datang ke arahku. Aku tidak ingat setelah nya karena semua nya tiba-tiba menjadi gelap, tapi samar-samar seperti ku melihat wajah Rama dekat sekali dengan wajahku masih dengan ekspresinya yang sama seperti terakhir aku menatapnya.
            Cahaya yang menyilaukan memaksaku untuk membuka mata, yang kutau saat itu adalah aku sedang dirumah sakit. Ku coba untuk bangun dan mendudukan tubuhku diranjang. Kulihat sekeliling, mamah dan papah serta kakaku tertidur pulas disoffa yang tidak jauh dari ranjangku.
            “Hari apa sekarang? Udah berapa lama aku disini?” Pertanyaan pertama yang muncul dalam benaku. Kuarahkan lagi pandanganku pada ketiga keluargaku itu, ada rasa bersalah yang mengiris hati karena telah membuat mereka semua khawatir atas kecerobohanku ini, ingin rasa nya aku menangis dan meminta maaf pada mereka tapi tak tega rasa nya membangunkan wajah kelelahan yang terpancar dari raut muka mereka. Ku paksakan tubuhku untuk berdiri dan menghampiri mereka setidaknya aku hanya ingin menyentuh mereka, kulangkahkan kakiku dan kuulurkan tangan kananku ke wajah mamah yang aku yakin paling mengkhawatirkan ku. Tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi, tanganku tidak bisa sama sekali menggapai nya, tanganku tembus ke belakang kepalanya. Aku berusaha tidak panic dan tenang, aku coba lagi menyentuh wajah ayahku yag berada disebelahnya dan hasilnya masih sama, tangaku tembus kebelakang, lalu kuhempaskan tubuhku ke tubuh mereka, tubuhku malah terjatuh kelantai menembus tubuh mereka dan juga soffa yang mereka tiduri. Kepanikanku tidak terbendung lagi, aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi, kupalingkan wajahku ketempat dimana aku tertidur, dan betapa kagetnya aku saat aku menemukan diriku sendiri terbaring kaku diranjang itu.
            “Aku mati….” Kataku dalam hati. Air mataku mengalir dengan deras membasahi pipi dan menetes dilantai rumah sakit namun tidak membuat nya basah. Jam 2 malam ini aku melihat tubuhku sendiri terbaring kaku dengan perlengkapan medis, tabung oksigen dan balutan perban dikepalaku. Aku coba untuk mendekat dan memperhatikan tubuhku disana, kutatap mulai dari atas kepala sampai ke ujung kakiku.
            “Kasian kamu Bunga.” Aku berbisik pada telingaku dan melanjutkan tangisanku disamping tubuhku sendiri.

            Dunia ternyata tidak sekejam yang kubayangkan. Kemarin saat seorang dokter datang dan memeriksa tubuhku ternyata aku hanya mengalami syok dan sedang koma, dan itu artinya aku masih punya harapan untuk hidup kembali. Awalnya aku merasa sedih jika tidak ada yang menyadari kehadiranku, tapi lama-kelamaan aku mulai menyukai wujud baruku yang menjadi ruh ini, aku bisa pergi kemanapun yang kusukai tanpa ada yang memperhatikan, itulah sebabnya aku datang kesekolahku pagi-pagi buta seperti ini.
            Masih dengan menggunakan baju rumah sakit, aku berjalan mengelilingi bangunan sekolahku yang cukup luas. Bahagia rasanya bisa kembali ke sekolah ini, karena rasanya seperti 2 hari yang lalu adalah hari yang sangat panjang sehingga seperti aku sudah meninggalkan sekolah ini lama sekali. Aku keluar masuk ke setiap ruang kelas, melihat-lihat taman belakang sekolah, tempat dimana biasanya aku dan teman-temanku menghabiskan waktu istirahat kami. Akhirnya penjelajahan ku berhenti tepat didepan ruang kelasku sendiri, matahari sudah cukup tinggi dan itu artinya sebentar lagi sekolah ini akan ramai. Aku merindukan tempat ini, tempat dimana biasanya aku menunggunya datang, melihatnya pertama kali disetiap harinya, aku merindukanmu Rama.
            Aku hanya terduduk ditempat itu, melihat teman-temanku bergantian datang melewati pagar sekolah itu, memakai baju seragam mereka dan saling bercanda bersama teman nya yang lain. Aku sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan waktuku yang paling berharga disekolah ini, aku mulai merasa iri dengan meraka yang tersenyum dengan tenang nya, tapi belum sempat air mataku jatuh dari kejauhan kulihat bayangan Rama berjalan diantara kurumunan murid-murid yang lain, dia masih dengan gaya jalan nya yang khas menyerobot jalan seseorang yang berada didepanya karena memang dia berjalan dengan cepat, wajahnya tertunduk melihat tiap langakah kakinya sendiri, semakin lama semakin dekat dengan tempat dimana aku duduk, tapi tiba-tiba Rama berhenti, dia terdiam mematung ditempatnya, dia menatap kearahku maksudku tepat kearah mataku.
            “Rama bisa ngeliat hantu” Cuma itu satu-satunya pikiran yang muncul dalam otaku saat itu untuk kedua kalinya mata kita bertemu, beberapa detik kemudian dia memalingkan wajahnya dan masuk ke dalam kelasnya yang berada disebelah kelasku. Aku sempat kaget dengan apa yang baru saja terjadi, jika Rama benar-benar dapat melihatku apa yang harus aku lakukan, tapi mungkin saja dia hanya kebetulan melihat kearahku. Aku memutuskan untuk memastikan nya sendiri.
            Jam pelajaran pertama dimulai. Walaupun aku tau kalau tidak akan ada yang memperhatikanku tapi tetap saja aku merasa canggung jika masuk ke kelas yang bukan kelasku, tapi dengan menahan segala kecanggungan aku langsung berjalan lurus ketempat dimana Rama berada. Aku berdiri disebelahnya dan mulai memperhatikan nya.
            “Rama” Aku membisikan namanya ditelinganya, tapi tidak ada respon sama sekali darinya. Aku mulai mengayunkan telapak tanganku didepan wajahnya dan masih tetap tidak ada respon darinya. Kusimpulkan bahwa tadi Rama hanya kebetulan memandang kearah dimana aku berada saat itu.
            Aku tidak pernah memandang wajahnya sedekat ini, dia ternyata lebih cakep kalau dilihat dari dekat. Bulu matanya yang lebat dan lentik serta hidungnya yang mancung ditambah noda hitam bekas jerawat diwajahnya masih membuatku berfikir bahwa dia adalah cowok minterius yang keluar dari komik. Selama pelajaran aku hanya memperhatikan gerak-geriknya, dia ternyata anak yang cukup pendiam dikelasnya terutama saat guru sedang menerangkan, tapi dia juga bisa berubah usil jika dia mulai bosan dengan pelajaran nya. Dia cukup punya banyak teman akrab yang kebanyakan adalah perempuan. Cukup merasa kesel kalau dia udah mulai berbicara dengan teman perempuan nya, tapi aku memang tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhku akan tembus jika menyentuh mereka jadi untuk sekarang ini aku akan memaklumi nya. Sepanjang istirahat dia hanya berdiam diri didalam kelas sambil mendengarkan music lewat hp nya di pojokan kelas untuk menghindari suara ribut selama waktu istirahat. Jam pelajaran berikutnya tidak berbeda dengan saat pelajaran pertama, sehingga aku mulai bosan mengamatinya. Memang tidak ada yang menyenangkan dari kehidupan sekolah anak remaja seperti kami ini, semua nya selalu seperti itu setiap hari. Bahkan kehidupan remaja seorang Ramapun tidak berbeda jauh dariku.
            Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi, ini saat nya bagiku untuk kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan tubuhku yang masih terbaring lemah disana. Aku hampir akan kembali kerumah sakit jika tidak melihat Rama tiba-tiba melintas dihadapanku dengan motor nya, seketika itu juga aku berfikir untuk mengikutinya sampai kerumah, aku hanya ingin tau dimana rumahnya. Tak pernah sedikitpun kubayangkan kalau aku bisa berboncengan dengannya seperti ini, walaupun dia tida menyadari bahwa aku sedang berada dibelakang nya tapi aku merasa sangat senang dan tidak akan pernah melupakan kejadian ini, aku dapat memeluknya dari belakang tanpa dia sadari walaupun tentu saja aku tidak bisa memeluknya dengan erat karena tubuhku pasti akan tertembus olehnya. Ternyata lokasi rumah Rama cukup jauh dari sekolah, berjarak 30 menit jika menggunakan kendaraan. Setelah memarkir motornya digarasi aku membuntutinya masuk ke dalam rumahnya.
            “Assalamu’alaikum…” Rama berteriak sambil membuka pintu yang langsung dijawab oleh seseorang didalam rumah ini.
            “Rama udah pulang..” Seorang wanita berumur 40 tahunan keluar dari sebuah ruangan dan menghampiri Rama yang sedang melepas sepatunya, Rama bergegas mencium tangan wanita itu dan dibalas oleh senyum kepadanya.
            “Gimana tadi sekolah nya?” Tanya wanita itu lagi.
            “Biasa aja Bibi, dateng, belajar, pulang” Jawab Rama singkat.
Aku sedikit bingung, Rama memanggil wanita tadi dengan sebutan Bibi, apa dia itu adik dari orang tuanya, terus kemana Mamahnya? Belum sempat aku berfikir Rama sudah langsung beranjak ke dalam kamarnya, akupun masih membuntutinya sampai ke tempat itu. Jantungku berdetup sangat kencang, ini pertama kalinya aku masuk kekamar cowo yang kusukai. Walaupun begitu aku tetap merasa senang karena bisa mengetahui tempat dimana dia biasa menghabiskan waktunya. Kamarnya tidak seberantakan penampilan nya, kamarnya cukup rapi dan bersih untuk ukuran cowo SMA. Sebuah kesalahan besar karena aku memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya karena saat ini dia sedang mengganti bajunya, aku hanya bisa berbalik menghadap tembok dengan jantungku yang masih belum berdetak dengan normal. Tak berapa lama dia mulai berbaring di atas tempat tidurnya, untuk beberapa menit dia hanya menatap langit-langit kamar nya yang berwarna putih, dia seperti memikirkan sesuatu, lalu lama-kelamaan matanya terpejam.
            “Rama, loe punya kebiasaan yang sama kayak gua, langsung tidur abis pulang sekolah” Aku mulai berbicara kepadanya. Aku menatap ekspresi wajahnya yang sangat polos saat sedang tertidur, dia sangat manis.
            “Hari ini banyak hal yang baru gua tau tentang loe, gua masih pengen tau lebih banyak lagi, jadi sampai ketemu besok Rama” Aku memutuskan untuk mengakhiri penjelajahanku dihari ini dan kembali kerumah sakit. Sebelum aku pergi, aku sempat berkeliling didalam rumah Rama dan menemukan sebuah pertanyaan baru dalam otaku. Sebuah Foto keluarga, dan jumlah kamar dirumah ini menunjukan kalau orang tua Rama tidak tinggal dirumah ini, lalu dimana orang tuanya dan kenapa Rama tidak tinggal bersama kedua orang tua nya? lalu pertanyaan yang dari dulu tersimpan dalam diotaku, kenapa dia pindah dari sekolahnya yang dulu?
            Keesokan harinya aku kembali lagi ke sekolahku dan masuk ke dalam kelasnya, seperti biasa aku berdiri disamping nya memperhatikan gerak-geriknya. Tak terasa sudah jam istirahat dan seperti biasa pula, dia pergi ke pojok kelas untuk mendengarkan music dari hpnya. Aku hanya mengikutinya dan berdiri disampingnya. Tiba-tiba teman sebangkunya menghampiri dan hampir menabraku, walaupun akan menembus tapi aku sempat kaget dengan kehadiran nya yang tiba-tiba itu.
            “Loe inget kan anak kelas sebelah yang kemaren kecelakaan?” Tanya teman nya itu.
            “Bunga? ia gua inget, Kenapa?” Tanya Rama.
Mereka membicarakanku, aneh juga rasanya mendengar sendiri pembicaraan tentang diriku, Rama juga menyebut namaku dengan lembut. Aku senang Rama mengetahui namaku juga.
            “Dia udah 3 hari koma, kasian. Padahal lumayan cantik” Kata teman nya yang membuat ku sangat kaget.
            “Anak aneh” Umpatku padanya yang tentu saja tidak dia dengar.
            “Gua suka merhatiin dia dari jauh, dengar dia kecelakaan gua jadi pengen nengokin dia dirumah sakit tapi gua malu kalau pergi sendiri” Lanjut teman nya itu dengan sedikit berbisik agar ungkapan hatinya tidak terdengar siapapun.
            Aku menoleh dan melihat ekspresi diwajah Rama, tapi ekspresi itu cukup membuatku kecewa, dia hanya memasang muka datar atas pembicaraan yang disampaikan oleh teman nya itu.
            “Males gua, loe ajak Iqbal aja, dia kan kenal sama Bunga” Jawab Rama mengakhiri.
Akhirnya seseorang yang mengaku sering memperhatikan ku itu meninggalkan Rama dengan wajah yang kecewa, aku juga kecewa dengan kata-kata dingin nya, tadi aku sempat berharap dia akan mengunjungi tubuhku dirumah sakit tapi ternyata aku memang bukan siapa-siapa untuk nya.
            Setelah menempel seharian disampingnya akhirnya aku kemabli lagi kesini, didalam kamarnya. Setelah mengganti seragamnya dia berbaring diatas tempat tidurnya, dia masih membuka matanya.
            “Bunga…” Aku terperenjat karena dia tiba-tiba memanggil namaku, aku hanya menatapnya dengan jantung yang semakin berdenyut cepat.
            “Kenapa loe gak jawab?” Tanya Rama tiba-tiba, Aku kembali kaget dengan pertanyaan itu.
            “Rama, loe bisa denger…” Belum selesai aku berbicara tiba-tiba dia langsung berdiri dari tempat tidrunya dan duduk dimeja belajar yang berada disebelah tempat tidurnya. Dia mulai membuka Laptopnya dan mulai sibuk sibuk dengan nya. Aku hanya ingin tau apa yang dia lakukan di depan laptopnya, awalnya dia hanya membuka folder-folder music dan bermain game yang selalu ia ganti setiap menitnya, sampai akhirnya ia membuka sebuah folder dengan namaku dibawahnya. Aku pikir itu hanya folder yang  berisi sesuatu tentang bunga-bungaan, tapi ternyata itu memang folder dengan foto-fotoku sebagai isinya. Aku tak dapat membendung rasa tidak percaya ini menemukan sebuah kenyataan bahwa selama ini tidak hanya aku yang mengumpulkan foto-fotonya, apakan diam-diam dia juga mengagumiku. Dia mulai melihat fotoku satu persatu, foto-foto itu adalah foto yang kumasukan di Facebook maupun Instagram yang kupunya, ternyata dia sering menyelinap kedalam situs pribadiku secara diam-diam.
            Tring….Tring…..HP yang tergeletak disebelahnya berbunyi, dengan segera dia mengangkatnya.
            “Halo mah” Katanya memulai.
            “Ini mamahnya yang nelepon.” Kataku dalam hati.
            “Iya mah Rama udah dirumah sekarang………Iya mah Rama udah makan” Dia menjawab semua pertanyaan ibunya dengan nada yang datar.
            “Iya mah, besok abis pulang sekolah Rama pulang ke Bandung” Katanya. Setelah itu Rama menjawab semua pertanyaan dari mamahnya hanya dengan “Iya” saja. Setelah menutup telepon nya, dia mematikan Laptopnya dan kembali keatas kasurnya untuk tidur siang. Akupun memutuskan untuk kembali kerumah sakit. Disepanjang jalan aku sempat berfikir bahwa aku harus ikut dengan nya ke Bandung, tapi bandung sangat jauh dari sini. Lalu aku berfikir kembali karena aku sangat ingin mengetahui kehidupan Rama yang sesungguhnya kuputuskan untuk mengikutinya pulang besok.
            Dengan hari ini, artinya sudah 4 hari aku menjadi ruh yang memata-matai Rama seperti ini dan artinya tubuhku sudah 4 hari terbaring kaku dirumah sakit. Aku sempat berfikir cara untuk kembali lagi ke dalam tubuhku tapi aku tidak menemukan caranya. Aku pernah mencoba berbaring diatas tubuhku tapi tetap saja tidak bisa, tapi karena masih ada misi yang harus kupecahkan aku akan memikirkan cara kembali ketubuhku nanti.
            Setelah menemaninya belajar di sekolah akhirnya aku duduk lagi dibelakang motornya untuk pergi kerumah aslinya, mencari tau tentang keluarga yang sesungguhnya dan menemukan jawaban yang selama ini kusimpan didalam otaku. Perjalanan ke Bandung cukup memakan waktu lama jika mengendarai motor, sekitar 3-4 jam diperjalanan. Kalau aku bukan ruh aku pasti sudah mengeluh karena duduk terlalu lama dijok motor yang sempit ini. Setelah lama menikmati perjalanan ini akhirnya motor kami memasuki semua perumahan besar, aku yakin rumah Rama sudah dekat, dan benar saja Rama memelankan motornya dan berhenti disebuah rumah 2 lantai yang cukup besar bewarna biru muda.
            “Rama anak orang kaya” Itu kesan yang pertama kali aku dapatkan saat melihat rumah ini.
Rama melangkah masuk ke dalam rumahnya, dia disambut oleh seorang wanita sekitar berumur 40 an yang kuyakin adalah mamahnya yang dulu sempat menelepon nya, dan juga seorang wanita yang tersenyum dengan ramah melihat Rama, dia langsung berlari dan memeluk Rama dengan erat.
            “Kak Rama, Bunga kangen…” Wanita yang umurnya seperti tidak berbeda jauh dari Rama itu sepertinya adalah adiknya. Dia memanggil dirinya dengan sebutan “Bunga”, ternyata namaku sama dengan nama adiknya. Setelah selesai memberi salam, Rama diajak duduk diruang tamu yang bahkan lebih besar dari kamar dirumah Bibinya. Adik dan mamahnya juga ikut duduk disana.
            “Gimana sekolah disana?” Tanya mamahnya.
            “Biasa aja mah, kayak sekolah disini” Jawab Rama sambil meraih sebuah toples kueh yang ada didekatnya.
            “Kamu masih sering pusing kalau gak make?” Tanya mamahnya lagi, ekspresinya berubah menjadi khawatir.
            “Aku udah gak make lagi mah, aku udah sembuh” Jawaban Rama seperti terlalu dipaksakan atau bisa dibilang dia terlalu ngotot menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mamahnya. Aku yang berdiri tegak disebelah Rama masih tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
            “Mah kakak udah gak make kayak gitu lagi, muka kakak juga udah gak pucet lagi, lagian bibi juga gak pernah ngelaporin kalau kakak nakal atau gak nurut” Adik nya yang bernama Bunga itu mulai membela kakak nya. Rama masih memasang tampang Bette karena pertanyaan mamahnya.
            “Lagian jarang ada yang jualan obat-obatan kayak narkoba di tempatnya bibi” Kata Adiknya mengakhiri.
            Setelah itu Rama langsung pergi kekamarnya masih dengan wajahnya yang Bette, aku masih dengan rasa tida peracayaku mengikutinya dari belakang menuju kamarnya.
            “Loe pernah terlibat narkoba, mangkanya loe pindah ke SMA gua?” Aku langsung bertanya kepada Rama sesaat setelah kami berada dikamarnya.
            “Se-frustasi apa sih loe bisa sampe kabur ke obat haram itu?” Aku mulai marah-marah padanya, lebih tepatnya melontarkan kekecewaan karena dia tidak sesempurna yang aku bayangkan. Rama masih terbaring ditempat tidurnya dan lagi-lagi menatap langit-langit kamarnya.
            “Berisik.” Seakan dia mendengar semua ocehanku, tiba-tiba dia berteriak yang membuatku kaget, tapi karena aku yakin dia sedang melampiaskan kemarahan pada mamahnya tadi dan lagi dia tidak bisa mendengar dan melihatku, aku tidak bisa diam dan masih ingin mengeluarkan semua rasa kekecewaan ini padanya.
            “Waktu itu hari pertama masuk sekolah setelah naik kekelas 2 SMA, dan dihari itu juga gua pertama kali ngeliat loe. Awalnya setelah gua inget-inget loe emang keliatan pucat dan gak bergairah keliatan lemes dan gak bersemangat, tapi untuk pertama kali gua liat loe gua udah mulai suka sama loe karena gua pikir loe kayak cowo yang keluar dari komik yang suka gua baca, mulai saat itu diem-diem gua jadi pengagum loe. Hari terus berlalu dan lama kelamaan gua ngerasa perasaan yang gua rasain ini bukan cuma sekedar rasa kagum, mungkin lebih dari itu tapi belum sempet gua melakukan apapun, gua udah kecelakaan, gua koma dan ruh gua berkeliaran kayak gini. Tapi itu yang membuat gua bisa mengenal loe lebih dalam walaupun gua gak tau setelah gua sadar nanti apa gua masih bisa inget semua ini atau ngak. Tau kalau dulu loe seperti itu membuka mata gua kalau ternyata gak ada orang yang sempurna didunia ini dan gua ngerasa sekagum apapun gua sama loe tapi hati gua gak bisa menolelir seorang bekas pemakai narkoba. Gua kecewa mengetahui kenyataan ini” Kataku mengakhiri dan Rama sudah tertidur pulas dikasurnya.
            Malam harinya Rama pamit ke mamahnya untuk berkunjung kerumah temanya, aku mengikutinya lagi sampai kerumah teman nya yang ternyata masih satu komplek dengan nya. Teman nya itu mengambutnya dengan bahagia melihat Rama datang kerumahnya dan langsung mengajaknya ke kamar, karena aku sudah terbiasa keluar masuk ke kamar Rama, aku tidak sungkan-sungkan untuk masuk ke kamar teman nya juga.
            “Loe kapan pulang, kenapa gak ngomong dulu sama gua?” Tanya teman nya yang memilih untuk duduk di kursi belajarnya.
            “Sorry gua juga ngedadak di telepon sama nyokap gua” Jawab Rama yang duduk di kasur milik teman nya itu.
            “Bentar lagi naik kelas tiga loe yah, kalau loe gak make pasti loe bentar lagi lulus” Kata teman nya tiba-tiba.
            “Nyokap juga ngomelin gua kayak gitu pas gua dateng, males gua.” Kata Rama.
            “Tapi keluarga nya Tya udah gak pernah hubungin loe lagi semenjak kejadian itu?” Tanya teman nya yang dijawab dengan gelengan singkat dari Rama.
            “Bokap udah ganti rugi ke keluarganya Tya tentang gua yang hampir ngebunuh dia dan janin nya. Loe tau kan gua waktu itu kaget banget pas tiba-tiba Tya dateng malem-malem kerumah gua dan bilang kalau dia lagi ngandung anak gua, yah akhirnya malem itu juga gua suruh dia gugurin kandungan nya dan gua bawa dia ke bidan, gua gak tau akhirnya dia kehabisan darah dan sampai hampir mati gara-gara itu. Tapi untunglah akhirnya bayinya gugur.”
            Penjelasan panjang lebar dari Rama membuatku tidak dapat mengatakan apa-apa lagi sekarang, aku tidak bisa berfikir apapun tentang sesuatu yang baik lagi tentangnya, ternyata dia manusia terburuk yang pernah aku temui dimuka bumi ini, lelaki bejat yang harusnya udah dipenjara karena kelakuan nya.
            “Tapi loe stress berat karena kejadian itu sampai-sampai hampir diusir sama bokap loe kan. Akhirnya loe lari ke narkoba dan di keluarin dari sekolah” Lanjut Teman nya itu.
            “Gua gak tau akhirnya akan serumit ini. Abis gua dikeluarin dari sekolah, gua diasingkan ke rumah bibi gua yang di pelosok, bahkan gua mau ke mini market aja harus jalan jauh banget, ditambah sekolah baru gua yang sempit, kotor dan anak-anak nya juga kampungan semua.” Kata Rama.
            Mendengar lelaki bejat ini menjelek-jelekan sekolahku, aku langsung mengepalkan kedua telapak tanganku dan bersiap-siap untuk menonjok mulutnya, tapi aku langsung mengurungkan niatku karena aku tidak akan bisa melakukan nya.
            Setelah percakapan itu mereka berdua langsung terdiam, terhanyut dalam pikiran masing-masing. Kekecewaan demi kekecewaan dalam diriku semakin bertambah dan bertambah, ternyata keputusanku untuk tidak menyenalnya lebih jauh saat pertama aku mengenalnya itu benar, jika mengetahui ternyata masa lalunya sekelam itu.
            “Oia, kemaren temen satu sekolah gua kecelakaan gara-gara gua.” Kata Rama tiba-tiba. Aku kembali tersadar dari lamunanku dan mulai serius mendengarkan kelanjutan kisah hidupnya.
            “Waktu itu gua lagi pulang sekolah, gua mau mendahului mobil yang ada didepan gua, ternyata dari arah berlawanan ada mobil lain yang lagi kencen, mungkin karena sopirnya kaget mobil itu banting stear buat ngehindarin gua dan gak sengaja nabrak dia yang lagi nyebrang” Ekspresi wajah Rama berubah menjadi sedih.
            “Terus cewe itu gimana sekarang?” Tanya Teman nya.
            “Dia masih koma dirumah sakit.” Rama terdiam sesaat, lalu dia melanjutkan lagi ceritanya ”Pas dia ketabrak gua ngeliat dia berlumuran darah, karena gua ngerasa bersalah akhirnya gua bantuin ngangkat dia kedalam mobil, tapi antara gua sadar atau itu cuma perasaan gua doank, dia masih sempet senyum sama gua sebelum akhirnya dia pingsan” Kata Rama.
            “Loe emang selalu buat masalah dalam hidup loe” Kata teman nya yang makin membuat Rama sedih.
            “Semenjak kecelakaan itu gua mulai merasa bersalah kedia, gua ngerasa setiap apa yang gua lakukan itu diperhatiin sama dia, gua ngerasa kemanapun gua pergi disitu ada dia. Hidup gua kayak dihantui” Lanjut Rama.
            “Horror banget cerita loe” Kata teman nya.
            “Tanpa gua sadar akhirnya gua mulai nyari semua tentang cewe itu, gua mulai buka-buka Facebook sama twitter dia, gua download foto-foto dia, dan dari situ gua tau kalau ternyata nama dia sama kayak nama adik gua.” kata Rama mengakhiri.
            “Bunga, nama cewe yang kecelakaan karena loe itu Bunga?” Tanya teman nya lagi.
            “Iya. Gua mulai ngebayangin gimana kalau kejadian itu beneran terjadi sama adik gua, dan mulai ngerembet ke masalah Tya, gimana kalau adik gua tiba-tiba hamil dan cowo nya gak mau bertanggung jawab. Gua mulai sadar semenjak kejadian itu ternyata gua laki-laki yang gak ada gunanya. Bokap gua aja udah gak nganggep gua anak nya lagi” Kata Rama.
Aku hanya terdiam setelah mendengar cerita nya tentang diriku. Aku merasa simpati padanya sehingga tanpa kusadari cerita inilah yang mengakhiri semua kemarahan dan keecewaanku padanya.
            Setelah itu aku dan Rama kembali kerumah, sesampainya dirumah dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Aku memutuskan untuk berhenti mengikutinya dan berdiam didepan rumahnya. Alasanku untuk mengikutinya selama ini sudah terjawab, awalnya aku tidak percaya tapi akhirnya aku dapat menerima nya. Setidaknya karena diriku dapat membuatnya berfikir untuk berubah. Mungkin Rama bukan pria sesempurna yang kupikirkan saat pertama kali aku mengenalnya, tapi setidaknya dia punya pilihan untuk hidupnya dimasa depan. Aku merasa sangat bahagia mengetahui kisah hidupnya, sekarang aku merasa tenang dan tidak ada lagi yang harus aku lalukan. Untuk pertama kalinya selama lima hari ini aku merasa sangat ngantuk dan tanpa sadar aku jatuh tertidur, meninggalkan semua kenangan tentang yang kualami selama beberapa hari ini.
            Cahaya yang menyilaukan memaksaku untuk membuka mata, kepalaku terasa sangat pusing sesaat dan kembali normal setelah mataku terbuka sempurna. Suara yang tadinya hanya samar-samar kini terdengar sangat jelas, aku melihat kesekeliling kamar rumah sakit ini, teman-teman sekolahku berkerumun melingkari ranjang.
            “Bunga udah sadar…” Teriak seseorang yang membuat kerumunan orang semakin bertambah banyak.
            “Bunga…” Suara mamahku yang lembut membuatku menoleh kesamping, kutemukan mamah menitihan air mata dengan senyum diwajahnya mendapati anaknya akhirnya tersadar setelah beberapa hari koma. Aku senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman sekelasku, mereka sangat bahagia melihatku sadar kembali. Mereka semua menceritakan yang terjadi disekolah selama aku disini. Aku merasa tidak pernah sesehat ini sebelumnya, aku bahkan bisa tertawa bersama mereka sampai sesore ini.
            “Bunga… seneng banget kamu bisa sadar” Kata sahabat baiku Gina.
            “Iya, bosen banget tau kalau gak ada Bunga… gak ada yang usil lagi” Kata temanku yang lain. Aku hanya tersenyum menyambut candaan mereka.
            “Iya, Bunga cepetan sembuh mangkanya…. Biar bisa ngeliatin Rama lagi” Kata Gina menggodaku, tapi aku malah merasa bingung dan setiap aku mendengar namanya ada getaran di jantungku dan otaku mulai terasa sakit.
            “Siapa Rama…?”


TAMAT

Cr by: QonitaRevaryandika
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar